Skip to main content

KESUCIAN


Ada penempatan hati yang salah
Ketika keinginan untuk menjadi orang suci bergulir di lidah
Menjadi suci, apakah untuk memberi gelar diri sendiri?
Menjadi suci, apakah hanya untuk mengejar surga demi keselamatan diri?

Kita memohon anugerah untuk mampu hidup kudus
Untuk memperbaiki hati yang salah dalam memandang dunia
Untuk menarik kembali bagian diri yang tenggelam dalam kenikmatan fana
Untuk belajar mencintai-Nya, dan bukan semakin mendewakan diri

Lalu bagaimana memaknainya?
Adalah bukan dengan memaksa diri menjadi orang kudus
Adalah bukan dengan berlomba menjadi yang paling suci
Adalah bukan dengan ingin dunia mengetahui betapa tanpa cacat celanya diri
Melainkan menjadi tidak terlihat

Kita dimurnikan dengan penderitaan
Kita dikuduskan dengan kekeringan
Yang menjadikan mata kita dan hati kita hanya bertuju pada satu
Rindu untuk selalu dekat dengan Tuhan, Allah kita

Menjadi kudus bukan dengan teori tidak pernah marah
Menjadi kudus bukan dengan pemberitaan bahwa "saya akan jadi baik"
Melainkan meletakkan diri serendah-rendahnya dihadapan Allah
Dan bergantung pada-Nya sepenuh hati

Saat jiwa kita selalu bertaut pada-Nya
Akan kita dengar suara-Nya
Akan kita tahu apa keinginan-Nya
Dunia kita akan menjadi ladang panen atas semaianNya

Kita dipanggil untuk menjadi kudus
Dan kita semua bisa melakukannya
Jangan sampai ada harapan yang terputus
Hanya kita yang tahu dan dapat mengusahakannya


Dalam tuntunan tangan-Nya.

Comments

Popular posts from this blog

AKU (INGIN) BISA MENYELAMATKANMU

Egois, Terdengar sangat egois. Ketika kita ingin menjadi pahlawan bagi orang lain. Meskipun hati kita terasa benar, meskipun arahnya adalah untuk kebaikan seseorang. Tapi ingin menjadi seseorang dengan peran yang tidak sejatinya diberikan pada kita, hanya akan menimbulkan beban hati. Juga tinggi hati. Aku melihat mereka yang belum mengingat Tuhan, dan lupa bahwa aku pun karakter antagonis yang sama, yang berupaya untuk menyelematkan mereka, dengan mencoba memasukkan Tuhan dalam sisip-sisip pikiran mereka yang bercelah. Lalu aku memandang WajahNya, dibawah lilin menyala seusai mendengar FirmanNya. Katanya, " Keselamatan adalah tanggung jawab masing-masing orang. Kamu bisa membantunya, mendorongnya, tapi jika dia sendiri yang tidak menginginkannya, maka hanya doa yang bisa menjangkaunya." Aku menuliskan ini tidak untuk seorang dua orang, semua, yang selalu aku pedulikan hidupnya. Tapi rupanya, memaksakan Tuhan dan segala ajaranNya didalam diri mereka hanya akan mengundang lara.

AMBISI YANG AMBIGU - KENAPA TERLALU BANYAK HASRAT DALAM DIRI?

Pada mulanya hati ini dipenuhi dengan hasrat Sebuah keinginan tak berupa yang terwujud melalui rasa Terkadang angan pun ikut bermain peran Namun bagaimana hal itu hadir, masihlah sebuah misteri Ilahi Aku ingin seumur hidupku untukMu Tuhan Namun aku egois karena aku ingin caraku Ingin menebak tujuan hidupku melalui pemahamanku Pemahamanku tentang garis hidup yang telah Engkau bentangkan bagiku Aku mencintai sebuah aspek dari dunia ini Dan aku ingin mahir menguasainya Aku ingin tenggelam didalamnya Agar menjadi bermanfaat bagi sesama Tapi nyatanya... aku masih bertanya-tanya Betulkah yang ingin kulakukan itu Atau keliru? Aku mencari di setiap detikku Doa terkadang seperti ucapan berulang Iman seperti terbang ke gurun Hati seperti tak terasa Apakah aku ini dan mengapa? ... Namun setelah beribu malam penuh tanda tanya Aku mencoba mendengarkan bisikanMu Atau juga hanya pradugaku, namun hatiku memaparkan segalanya ... Bagaimana kau bisa tahu jika tidak mencobanya? ... Apa maksudnya? ... Baga