Egois, Terdengar sangat egois. Ketika kita ingin menjadi pahlawan bagi orang lain. Meskipun hati kita terasa benar, meskipun arahnya adalah untuk kebaikan seseorang. Tapi ingin menjadi seseorang dengan peran yang tidak sejatinya diberikan pada kita, hanya akan menimbulkan beban hati. Juga tinggi hati. Aku melihat mereka yang belum mengingat Tuhan, dan lupa bahwa aku pun karakter antagonis yang sama, yang berupaya untuk menyelematkan mereka, dengan mencoba memasukkan Tuhan dalam sisip-sisip pikiran mereka yang bercelah. Lalu aku memandang WajahNya, dibawah lilin menyala seusai mendengar FirmanNya. Katanya, " Keselamatan adalah tanggung jawab masing-masing orang. Kamu bisa membantunya, mendorongnya, tapi jika dia sendiri yang tidak menginginkannya, maka hanya doa yang bisa menjangkaunya." Aku menuliskan ini tidak untuk seorang dua orang, semua, yang selalu aku pedulikan hidupnya. Tapi rupanya, memaksakan Tuhan dan segala ajaranNya didalam diri mereka hanya akan mengundang lara.
Kalau besok aku bangun dan mengomel, Tuhan Tentang mama yang memasakkan nasi telur lagi, nasi telur lagi Ingatkan aku bahwa bisa saja satu detik kemudian aku kehilangan indera perasaku Kalau kalau juga besok aku berangka bekerja dan mencibir, Tuhan Karena pemotor lain yang terburu-buru menyalip kendaraanku Ingatkan aku bahwa aku tidak pernah tahu apa yang terjadi padanya Tuhan sudah beri banyak rejeki Sampai tak terhitung lagi banyaknya Ijinkan aku berbagi Kepada mereka yang membutuhkan Rejeki tidak hanya materi, namun juga hati yang baik, kata yang indah Pelukan, dukungan, saran, dampingan Jangan sampai aku ingin memiliki semuanya sendiri Dan merasa paling terberkati Karena.. Tanpa Tuhan Hanya debulah aku ini